Di era digital saat ini, tak ada kelompok yang lebih terhubung dengan internet daripada Generasi Z. Lahir di antara tahun 1997 hingga 2012, Gen Z tumbuh bersama gawai, algoritma, dan notifikasi tanpa henti. Bagi mereka, internet bukan sekadar alat, tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan interaksi sosial.
Salah satu karakter unik generasi ini adalah obsesi terhadap tren online — dari video viral TikTok, meme baru di Twitter/X, filter Instagram, hingga istilah-istilah seperti “delulu,” “healing,” atau “situationship.” Bukan hanya mengonsumsi, mereka juga aktif memburu dan menyebarkan tren, menciptakan siklus viral yang bergerak jauh lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.
FOMO: Ketakutan yang Mendorong Pencarian Tren
Salah satu pendorong utama di balik hobi ini adalah FOMO (Fear of Missing Out). Gen Z sangat sensitif terhadap apa yang sedang “in,” takut dianggap ketinggalan, atau tidak relevan. Ketika satu topik masuk ke halaman FYP (For You Page), wajar jika dalam beberapa jam jutaan orang ikut membicarakannya. Tak peduli apakah itu lucu, dramatis, atau bahkan absurd — yang penting, mereka menjadi bagian dari narasi online.
Platform seperti TikTok, Twitter/X, dan Instagram memanfaatkan psikologi ini lewat algoritma yang menyuguhkan konten viral dalam waktu nyata. Semakin sering seorang Gen Z berinteraksi dengan konten trending, semakin sering pula mereka mendapat “pasokan” tren baru. Siklus ini menciptakan semacam adiksi: bukan hanya terhadap konten, tapi juga terhadap perasaan “terkoneksi.”
Perburuan Validasi Lewat Tren
Tren online juga menjadi sarana validasi sosial. Ketika seseorang ikut challenge viral, memakai jargon tertentu, atau ikut membuat konten reaksi, mereka seolah berkata: “Aku tahu apa yang sedang hits.” Hal ini penting dalam budaya Gen Z yang sangat memperhatikan citra online dan digital identity.
Bahkan dalam urusan hobi dan gaya hidup, keputusan mereka bisa dipengaruhi oleh tren digital. Misalnya, banyak yang memilih menu makanan dari rekomendasi TikTok, membeli skincare yang viral, bahkan ikut bermain di platform yang sedang naik daun — seperti saat tren slot gacor hari ini mendadak dibahas di berbagai komunitas online.
Positif atau Negatif? Dampak Tren Terhadap Gen Z
Memburu tren bukan selalu buruk. Justru, Gen Z adalah agen penyebar informasi tercepat dan paling adaptif terhadap perubahan. Mereka dapat:
-
Menyuarakan isu sosial dengan cepat
-
Membuat topik kritis jadi viral (seperti pelecehan, keadilan sosial, mental health)
-
Mengangkat brand lokal lewat konten kreatif
Namun, sisi negatifnya juga jelas terasa:
-
Rentan terhadap overstimulasi karena banjir tren
-
Ketergantungan validasi eksternal melalui likes & views
-
Kecemasan sosial saat merasa “tertinggal” atau tidak update
Tren yang Tak Bertahan Lama
Ironisnya, meskipun memburu tren jadi kebiasaan, sebagian besar tren itu sendiri tak bertahan lama. Banyak dari mereka yang viral hari ini akan dilupakan besok. Generasi Z pun sering harus berpindah dari satu topik ke topik lain hanya untuk menjaga eksistensi.
Hal ini menciptakan tekanan tersendiri — seolah harus terus “siap siaga” untuk update demi update, bahkan ketika itu melelahkan secara mental.
Menghadapi Era Tren Tanpa Henti
Bagaimana sebaiknya menyikapi kebiasaan ini?
-
Kritis terhadap tren yang diikuti. Tak semua hal yang viral harus diadopsi.
-
Punya waktu digital detox. Berhenti sejenak dari media sosial membantu menjaga keseimbangan mental.
-
Pilih tren yang memberi nilai tambah. Misalnya edukasi, produktivitas, atau pengembangan diri.
-
Bangun identitas otentik. Tak perlu jadi seperti semua orang untuk bisa eksis.
Kesimpulan: Tren Adalah Cermin, Bukan Kompas
Tren online mencerminkan dinamika sosial generasi muda, tetapi tidak selalu harus menjadi kompas hidup. Gen Z bisa — dan seharusnya — memimpin bukan hanya dalam mengikuti tren, tapi juga dalam menciptakan tren yang berdampak positif.
Menjadi “up-to-date” memang menyenangkan, tapi jangan sampai kehilangan jati diri di tengah gempuran FYP. Karena pada akhirnya, yang viral hari ini bisa tak bermakna esok hari — kecuali jika kamu tahu cara menyikapinya dengan bijak.